Mengulik Sejarah Penindasan terhadap Perempuan




Image result for sejarah penindasan perempuan
Oleh: Luq Yana Chaerunnisa

Menurut penelitian para antropolog yang dikutip oleh Yuval Noah Harari, Sekitar sejuta tahun yang lalu terdapat masyarakat pra-primitif atau juga disebut sebagai masyarakat liar(savage society). Dalam kehidupannya, mereka menganut pola keibuan (maternal system). Pada masa ini masih terjadi keadilan sosial dan kesetaraan gender dimana perempuan lebih dominan daripada laki-laki dalam pembentukan suku dan ikatan kekeluargaan.
Dalam prosesnya, peralihan masyarakat matriarkal ke patriarkal tersebut melalui berbagai fase perkembangan, yaitu: zaman komunal primitif nomaden; zaman pertanian kolektiv primitif; zaman perbudakan; zaman feodal dan zaman industri.
Pada zaman pertama, yakni  zaman komunal primitif nomaden dimana kehidupan manusia pada saat itu masih bersifat kolektif, baik laki-laki maupun perempuan memerankan hal yang sama dalam proses pemenuhan kebutuhannya. Tatkala akan melakukan perburuan maka mereka yang tidak mampu ikut serta berburu, tidak akan mendapat makan.
Laki-laki ataupun perempuan yang lemah akan ditinggal kelompoknya hidup berpindah dari satu hutan ke hutan yang lainnya untuk mencari sumber makan. Kemudian bagi perempuan yang sedang hamil, untuk mempertahankan keturunannya akan berdasakanr pada kekuatan fisik individu perempuan tersebut.  Apabila ia memiliki kelebihan fisik yang kuat maka ia mampu bertahan hidup dan mempertahankan anak yang mereka kandung sampai melahirkan. Lalu ketika anaknya masih di gendongan mereka tetap ikut berburu sambil menyusui anaknya. Dengan tangan kiri menggendong sementara tangan kanan untuk memegang alat untuk berburu. Sangat Luar biasa perjuangan seorang  ibu kala itu...
Kemudian pada zaman kedua yakni zaman pertanian kolektif primitif. Pada zaman ini,  para perempuan ditinggal kelompoknya saat berburu karena sedang hamil ataupun tidak kuat melanjutkan perjalanan mulai beradaptasi dengan lingungan yang ia singgahi untuk bertahan hidup. Disini mereka para perempuan menemukan sistem pertanian primitif dan peternakan primitif. Ketika melihat biji sisa makanan yang mereka makan, lama kelamaan biji tersebut tumbuh menjadi kecambah lalu menjadi pohon, berbunga, dan berbuah. Mereka juga mencoba menjinakkan hewan-heawan kecil yang dapat dipelihara dan dimakan.
Seiring berjalannya waktu, kelompok yang dulu meninggalkan mereka saat berburu kembali ketempat dimana ia meninggalkan kelompoknya. Karena mereka sadar bahwa anggota kelompoknya dapat bertahan hidup dengan menetap, tidak lagi hidup nomaden. Dan pada zaman ini juga masih belum ada pembagian tugas berdasarkan kelamin.
Zaman kolektif primitif berlangsung hingga ribuan tahun, berkembang hingga muncul zaman dimana teknologi dan pemikiran manusia mulai berkembang. Zaman ini dikenal sebagai zaman perbudakan. Mereka yang memiliki keahlian khusus dalam membuat alat, mulai meninggalkan pertanian. Menurut Karl Marx pada zaman ini juga ditemukan alat pertanian seperti bajak (luku) yang memiliki berat yang tidak mungkin dikendalikan oleh perempuan, sehingga keahliannya dalam bidang pertanian mulai tertutup.
Menurut Ehrenberg perempuan semakin tidak mampu bergiat dalam lapangan produksi, maka ia-pun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah patriarki mulai menampakkan wujudnya di bidang ekonomi bahkan di bidang-bidang penting lainnya seperti politik.
Lalu muncul-lah ikatan yang dinamakan keluarga. Meraka yang memiliki anggota keluarga yang banyak otomatis akan memiliki hasil tani yang lebih banyak, sedangkan mereka yang memiliki anggota keluarga yang sedikit, tentu akan sedikit pula hasil taninya. Bagi keluarga yang mengalami kekurangan bahan pangan akan menghutang pada keluarga yang memiliki bahan pangan yang cukup. Bagi yang tidak sanggup membayar hutangnya, maka lahan tanah dan alat produksinya akan disita oleh yang menghutang, sementara mereka (penghutang) menjadi hamba/budak di tanah bekas miliknya sendiri.
Kemudian bagaimanakah posisi perempuan pada zaman perbudakan ini? Disamping ia telah tergeser menjadi pekerja domestik, perempuan juga menjadi pelunas hutang. Bagi budak yang memiliki hutang yang hendak menikahi budak perempuan maka wajib menyerahkan terlebih dahulu calon istrinya kepada tuan budak untuk ditiduri. Sungguh ironis ketika perempuan yang telah menemukan konsep pertanian, pada akhirnya berakibat negatif bagi dirinya sendiri.
Akibat pertentangan yang semakin kuat antara para budak dan tuan budak, lahirlah revolusi kaum budak atau dikenal sebagai pemberontakan budak hingga membuat mereka merdeka. Terjadilah perubahan sistem masyarakat dari perbudakan menjadi zaman pertanian modern atau Feodal. Mereka yang memiliki lahan pertanian akan berkompromi untuk memberlakukan sistem upah hingga kita kenal sampai sekarang istilah pedagang.
Akibat dari zaman sebelumnya dimana perempuan dianggap hanya mengurus pekerjaan domestik, praktis di zaman ini perempuan semakin dianggap lemah dan hanya diserahi tugas yakni sumur, kasur, dan dapur. Kemudian juga perempuan dijadikan sebagai layaknya sebuah barang yang hanya digunakan sebagai pemanis dan kejayaan kaum laki-laki . Siapa yang banyak memiliki istri, merekalah yang dianggap berjaya dan terhormat.
 Zaman Feodal akhirnya tumbang akibat pemberontakan yang dilakukan oleh kaum buruh tani dan kaum pedagang yang merasa hak-haknya dibatasi oleh para raja adan bangsawan kala itu. Alat produksi juga semakin canggih dengan ditemukannya mesin uap, sehingga zaman ini disebut zaman Industri. Namun hal itu tidak dapat membebaskan  peran perempuan terhadap budaya patriarki pada sejarah diskriminasi yang ada pada zaman feodal.
Sampai pada akhirnya terjadi gelombang aksi besar-besaran pada tanggal 8 Maret, tepat dimana kaum perempuan Amerika menuntut persamaan haknya terhadap upah kerja, cuti hamil, dan lain sebagainya. Hingga peringatan sejarah perjuangan perempuan untuk mendapat kesetaraan dan keadilan tersebut masih kiita peringati sampai hari ini sebagai International Women’s Day.



Komentar